Minggu, 20 Mei 2012

Jangan Biarkan Remaja hanya (Gila) bermain Game!


        Seiring kemajuan teknologi, aneka hiburan yang disajikan tampil menghibur dan memanjakan semua orang. Salah satunya game, baik game online maupun game non-online. Permainan game seperti Point Blank, Ayodance, RF, DotA, City Ville, Mavia Wars, Farmville, facebook dan lain-lain adalah permainan game online yang sudah familiar dikalangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa dan orangtua. Tidak ada yang salah pada permaianan tersebut. Namun akan sangat merugikan dan berdampak buruk jika waktu, uang dan fikiran hanya habis tertuju untuk bermain game.
            Tidak dipungkiri bahwa semua orang di dunia ini membutuhkan hiburan untuk merelaksasi fikiran kusut, menenangkan hati, mengurangi stress, menghibur dari kegundahan serta melupakan sejenak kesibukan-kesibukan agar fikiran kembali fresh dan bersemangat sehabis bermain game. Namun ada batas kewajaran untuk bermain game. Bila sudah melewati batas baik waktu, uang, serta melupakan semua kegiatan dan pekerjaan wajib hanya tergila-gila untuk bermain game hal ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Namun, budaya kita, mulai dari anak-anak, remaja, anak muda keranjingan bermain game terkadang hingga larut malam di warnet-warnet maupun dilaptop dan komputer pribadi. Hal ini perlu dipertanyakan. Bermain game sekadar menghibur atau sudah kecanduan untuk bermain game?
            Memang bermain game tidak boleh dilihat dari sudut pandang dampak negatifnya saja, banyak juga dampak positif yang didapat. Namun, adalah suatu kebijaksanaan bila para orang tua, guru-guru bahkan pemerintah daerah untuk ikut berpartisipasi memantau kegiatan anak-anak, remaja, anak muda tidak hanya dihabiskan untuk bermain game, namun diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih realistis seperti olahraga, seni, budaya sehingga para remaja bisa mencari alternatif hiburan lain selain game yang lebih bermanfaat nyata bagi kehidupannya.
            Bisnis game yang menggiurkan
            Bisnis game online (Point Blank, City Ville, Farm Ville dll) maupun non online (penjualan software game) adalah ladang baru mengeruk untung yang amat menggiurkan. Sudah tabiat manusia untuk mencari kesenangan dan melupakan semua kepenatan dan kebosanan dalam beraktifitas sehari. Salah satu yang menjadi hiburan adalah bermain game. Hingga bisa kita saksikan warnet, playstation, selalu ramai dikunjungi pengunjung yang rata-rata berusia anak-anak, anak muda hingga dewasa.
            Sebagai gambaran, berdasarkan laporan perusahaan riset game DFC Intelligence bahwa pasar game online dunia mencapai nilai US$13 milyar. Sebuah angka yang amat fantastis sekaligus menggiurkan bagi kaum pebisnis game. Menurut laporan tersebut, pencapaian tersebut didukung dengan makin meluasnya jaringan internet, membludaknya Komputer Pribadi (PC) dan persebaran voucher fitur game dan video game yang semakin meluas.
            Lalu bagaimana dengan di indonesia? di Indonesia juga tidak kalah hebat pertumbuhannya. Bisa kita lihat bersama semakin menjamurnya warnet, playstation yang semakin menjamur di setiap sudut dan tempat  di Kota Medan. Dan hal ini diikuti dengan trend anggapan bahwa orang yang tahu bermain game adalah modern dan tidak kampungan. Disaat yang bersamaan pula permainan lokal lenyap perlahan seiring dengan makin merajalelanya game-game yang berasal dari luar negeri. Mungkin, lima hingga sepuluh tahun mendatang generasi mendatang sudah tidak kenal lagi permainan lokal seperti patuk lele, permainan prancis, dan masih banyak lagi dimana penulis pun sudah lupa apa namanya. Sayang sekali, budaya sekaligus permainan tradisional kita ikut tergerus lenyap perlahan tanpa ada yang perduli untuk melestarikannya.
            Dampak Buruk Game
            Ada beberapa dampak positif bermain game. Diantaranya sebagai hiburan merefresh kepenatan dan menghilangkan kebosanan, sebagai ajang menambah kawan (facebook, city ville, farm ville, dll) serta sebagai melatih konsentrasi dan fokus (seperti menembak pada game point blank).
            Dibanding dampak positifnya, dampak negatifnya lebih besar seiring tujuan bermain game bukan lagi sebagai hiburan, namun sudah kecanduan yang tidak lagi mengenal waktu, uang dan menyebabkan mengabaikan kegiatan lainnya.
            Bagi yang kecanduan bermain game, kalau sudah bermain tidak lagi ingat waktu dan waktu seharian dihabiskan untuk bermain game. Hal ini merupakan hal buruk dimana aktifitas keseharian bukanlah diperuntukkan hanya bermain game. Masih banyak aktifitas lain yang wajib dikerjakan.
            Selain itu, permainan game online maupun non online juga mengundang pemborosan uang. misalkan, untuk bermain game perjam bertarif sekitar 3000/jam. Bila sehari bermain selama 4 jam maka 4 x 3000= 12.000. maka hal tersebut merupakan pemborosan dan menyia-nyiakan kerja keras orang tua yang bekerja mencari uang untuk menyekolahkan, tetapi malah disalahgunakan untuk bermain game.
            Dampak negatif lainnya adalah melalaikan kewajiban untuk melakukan aktifitas dan kegiatan wajib yang seharusnya dilakukan. Dengan dihabiskannya waktu untuk bermain game, menyebabkan kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilaksanakan malah terabaikan. Baik itu tugas sekolah, tugas di rumah membantu orang tua, maupun menjalankan agama. Merupakan fakta bahwa banyak sekali anak-anak hingga orang dewasa yang tahan berjam-jam menghabiskan waktu diwarnet-warnet, di playstation untuk bermain game hingga larut malam. Lambat laun kecanduan akan permainan game ini bisa merusak aktifitas damn prestasi anak-anak maupun orang dewasa yang tengah dalam tahap pendidikan.
            Solusi Penyeimbang
            Game online maupun non-online yang sejatinya adalah hiburan hendaknya dikembalikan ke fitrahnya semula sebagai sarana hiburan, merefresh  fikiran dan mencari kesenangan. Boleh saja bermain game, namun juga harus ingat tidak kelewatan baik waktu, uang maupun fikiran yang berujung pada terabaikannya aktifitas lainnya.
            Hendaknya pemilik warnet-warnet, playstation dan tempat hiburan game lainnya memberikan ambang batas khusus jam untuk bermain. Misalkan menutup warnet dan playstationnya pada jam 10.00 malam. Agar anak-anak dan orang dewasa yang masih dalam tahap pendidikan tidak bermain game terus-menerus hingga larut malam.
            Selain itu, peran orang tua di rumah, para guru di sekolah serta pemerintah hendaknya mengarahkan anak-anak dan anak muda yang masih dalam tahap pendidikan agar fokus belajar, giat pada aktifitas kegiatan olahraga, seni maupun kegiatan sekolah maupun kampus yang bermanfaat lainnya sehingga anak-anak maupun anak muda tidak melampiaskan hiburannya pada game saja, tetapi juga bisa lewat kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan membantu peningkatan kualitas skill maupun akademisnya.
            (Oleh: Suadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah vitamin bagi saya